Puasa sunnah hari Asyura (10
Muharram) yang disunnahkan untuk dilakukan dua hari yakni 9-10 Muharram atau
10-11 Muharram, pada tahun 1436 ini akan jatuh pada hari Ahad-Senin, 2-3
Nopember 2014 (9-10 Muharram 1436) atau Senin-Selasa, 3-4 Nopember 2014 (10-11
Muharram 1436) berdasarkan dalil-dalil berikut:
كَانَ
يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَاهِلِيَّةِ ، وَكَانَ رَسُولُ
اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُهُ ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ
، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Hari Asyura adalah hari puasanya
orang quraisy di masa Jahiliyah. Dan dulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berpuasa Asyura. Ketika beliau
tiba di Madinah, beliau melakukan puasa itu, dan menyuruh para sahabat untuk
melakukan puasa Asyura. (HR. Bukhari 2002 dan Muslim 2693)
قَدِمَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْمَدِينَةَ وَالْيَهُودُ تَصُومُ عَاشُورَاءَ
فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ . فَقَالَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – لأَصْحَابِهِ «أَنْتُمْ أَحَقُّ بِمُوسَى
مِنْهُمْ ، فَصُومُوا».
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sampai di Madinah, sementara orang-orang yahudi berpuasa Asyura’. Mereka
mengatakan: Ini adalah hari di mana Musa menang melawan Fir’aun. Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat: “Kalian lebih
berhak untuk bangga terhadap Musa dari pada mereka (orang yahudi), karena itu
berpuasalah.” (HR. Bukhari 4680).
أرسل
النبي صلى الله عليه وسلم غداة عاشوراء إلى قرى الأنصار : ((من أصبح مفطراً فليتم
بقية يومه ، ومن أصبح صائماً فليصم)) قالت: فكنا نصومه بعد ونصوّم صبياننا ونجعل
لهم اللعبة من العهن، فإذا بكى أحدهم على الطعام أعطيناه ذاك حتى يكون عند الإفطار
Suatu ketika, di pagi hari Asyura’,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang mendatangi salah satu
kampung penduduk Madinah untuk menyampaikan pesan: “Siapa yang di pagi hari
sudah makan maka hendaknya dia puasa sampai maghrib. Dan siapa yang sudah
puasa, hendaknya dia lanjutkan puasanya.” Rubayyi’ mengatakan: Kemudian setelah
itu kami puasa, dan kami mengajak anak-anak untuk berpuasa. Kami buatkan mereka
mainan dari kain. Jika ada yang menangis meminta makanan, kami memberikan
mainan itu. Begitu seterusnya sampai datang waktu berbuka. (HR. Bukhari 1960)
كَانَ
يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَاهِلِيَّةِ ، وَكَانَ رَسُولُ
اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُهُ ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ
، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ ،
فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Dulu hari Asyura’ dijadikan sebagai
hari berpuasa orang Quraisy di masa jahiliyah. Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam tiba di Madinah, beliau melaksanakn puasa Asyura’ dan memerintahkan
sahabat untuk berpuasa. Setelah Allah wajibkan puasa Ramadlan, beliau
tinggalkan hari Asyura’. Siapa yang ingin puasa Asyura’ boleh puasa, siapa yang
tidak ingin puasa Asyura’ boleh tidak puasa. (HR. Bukhari2002 dan
Muslim 2693)
حين
صام رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم عاشوراء وأمر بصيامه ، قالوا : يا رسول الله
! إنه يوم تعظمه اليهود والنصارى ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((فإذا
كان العام المقبل ، إن شاء الله ، صمنا اليوم التاسع )) . قال : فلم يأت العام
المقبل حتى تُوفي رسول الله صلى الله عليه وسلم
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura’ dan
memerintahkan para sahabat untuk puasa. Kemudian ada sahabat yang berkata: Ya
Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura adalah hari yang diagungkan orang yahudi
dan nasrani. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahun
depan, kita akan berpuasa di tanggal sembilan.” Namun, belum sampai tahun
depan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamsudah diwafatkan. (HR. Muslim 2722)
Keutamaan puasa Tasu’a dan ‘Asyura
1.
Wujud
syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang beriman dari
kejahatan orang-orang kafir, yaitu selamatnya Nabi Musa dan Harun ‘alaihimas
salam bersama Bani Israil dari kejahatan Fir’aun dan bala tentaranya. Hadits
yang menyebutkan hal ini telah disebutkan di atas.
2.
Meneladani
nabi Musa, Harun dan Muhammad ‘alaihimus shalatu was salam, yang berpuasa pada
hari ‘Asyura. Hadits yang menyebutkan hal ini telah disebutkan di atas.
3.
Meneladani
para sahabat radhiyallahu ‘anhum yang melakukan puasa ‘Asyura, bahkan melatih
anak-anak mereka untuk melakukan puasa ‘Asyura. Hadits yang menyebutkan hal ini
telah disebutkan di atas.
4.
Menghapuskan
dosa-dosa kecil selama setahun sebelumnya, selama kesyirikan dan dosa-dosa
besar dijauhi.
Dari Abu Qatadah
Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwasanya:
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ؟ فَقَالَ: «يُكَفِّرُ
السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ»
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa salam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura, maka beliau
bersabda: “Ia dapat menghapuskan dosa-dosa kecil setahun yang lalu.”(HR. Muslim
no. 1162) (Syamsul Hidayat, dikutib dari berbagai sumber)