Dalam Islam, ziyarah kubur termasuk salah
satu keutamaan, yakni mengingatkan akan mati dan menyadari adanya hari akhirat.
Islam tidak member ketentuan untuk mengkhususkan ziyarah kubur pada
makam orang tertentu, namun di solo ketika memasuki bulan Ramadhan mereka
melakukan ziyarah kubur pada makam keluarganya, yang biasa dikenal
dengan istilah nyadran.
Selain nyadran, orang ziarah kubur
biasanya berkaitan dengan khaul seorang yang dianggap ‘wali’ oleh
sebagian masyarakat, diantaranya khaul Kiai Siraj. Para peziarah dimakam
Kiai Siraj datang dari daerah
tertentu, seperti dari Klaten Utara, Boyolali Barat, Kecamatan Susukan,
sedangkan masyarakat yang tinggal sekitar makam Kiai Siraj sendiri tidak ada
yang ikut ziyarah.
Oleh karena itu menurut Suharjianto, dosen Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IQT) UMS dalam
diskusi bulanan Prodi IQT FAI UMS, Kamis 18 Pebruari 2017, kedatangan masyarakat yang ikut dalam ziarah Kiai Siraj adalah adanya
hubungan patron-klien, antara Kiai Siraj dengan masyarakat peziarah. Artinya
Kiai SIraj sebagai orang yang berkedudukan tinggi di mata masyarakat dikunjungi
oleh murid, anak muridnya, cucu muridnya, dan murid dari muridnya, sebagai
perantara terkabul doanya. Yang tentunya ini tidak sesuai dengan aqidah
Islamiyah.