Keberagaman, kemajemukan dan perbedaan merupakan sunnatullah
yang telah dianugerahkan atas keberadaan manusia di dunia. Allah SWT.
menjadikan manusia dalam bentuk yang bervariatif dalam perbedaan ras, etnis,
suku, bangsa, agama, dan keyakinan. Perbedaan tersebut bukan dibuat untuk
seseorang saling bermusuhan, akan tetapi dalam rangka ta’aruf (saling
mengenal/ memahami). Allah swt. berfirman :
وَلَوْ شَاءَ
رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِيْنَ.
إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ
لَأَمْلَئَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang
satu, tetapi mereka senantiasa berselisih. Kecuali orang-orang
yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka.
Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi
Neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud: 118-119)
Demikian Ustadz M Fuad Al Amin, Lc, MPI mengawali paparannya pada Diskusi Bulanan Program Studi Ilmu Alquran dan tafsir "Seton" Sabtu, 22 Nopember 2014 di Ruang Sidang/Seminar FAI UMS.
Toleransi perspektif Islam yaitu berbuat adil dengan seseorang
yang berbeda dengan kita, tanpa memaksakan kehendak kita, dalam bingkai Islam.
Lebih jauh, toleransi itu juga mengakui hak tiap-tiap orang untuk beragama dan
hak untuk melaksanakan ritual agamanya.
Namun toleransi bukan berarti memberikan kemudahan kepada orang lain (al-tasāhul)
tanpa adanya dhōbith syar’ī (ketentuan syar’i), tetapi toleransi
tersebut harus tetap dalam bingkai ru’yah islāmiyyah. Islam mengajarkan
umatnya untuk bertoleransi dalam semua tingkatan,
individu dan juga kelompok. Toleransi
antar individu yaitu berupa toleransi dalam pandangan dan pendapat, sedangkan toleransi
antara kelompok yaitu berupa
pemahaman terhadap perbedaan yang ada dalam dalam masalah agama. Allah memerintahkan semua Muslim untuk membawa perdamaian, harmoni dan ketenangan
kepada dunia.
Pelaksanaan
toleransi mencakup dua hal penting, yaitu toleransi internal dan eksternal umat
Islam. Dalam toleransi internal, seorang muslim dituntut untuk menghormati dan
menghargai muslim yang lain yang berbeda dalam pemikiran dan pendapat. Dalam
setiap perbedaan pendapat, Imam Syafi’i tidak pernah mengklaim pendapatnya
merupakan yang paling benar