Islam adalah agama yang
universal dan menjadi rahmat untuk seluruh alam semesta. Sifanya yang universal
itulah ajaran Islam selalu relevan dan kontekstual pada setiap tempat dan
zaman. Model adopsi, adaptasi, dan integrasi al-Qur’an mampu berdialektika
dengan budaya manusia, seperti yang terjadi pada tradisi Arab pada waktu itu.
Menurut Moh. Yusron,
pakar Sosiologi Antropologi al-Qur’an Prodi
Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IQT) UMS dalam diskusi bulanan Prodi IQT FAI UMS, 14 Mei
2016, menyatakan bahwa kemampuan al-Quran dalam merespon tradisi Arab pada
waktu itu dengan melakukan pendekatan tiga pola yaitu; pertama, tahmil
(menerima atau melanjutkan tradisi), Kedua, takhrim (melarang keberadaan
tradisi), dan yang ketiga, taghyir (menerima dan merekonstruksi tradisi). (swn)